Pendidikan Fasisme Jepang

Negara fasisme Jepang yang berhasil menaklukan pemerintahan Belanda di Indonesia pada tahun 1942, didorong oleh semangat membentuk Asia Timur Raya dengan konsep kemakmuran bersama Asia Raya. Dalam konteks perang dunia yang menuntut militer yang kuat, maka pengelolaan pendidikan di Indonesia oleh Jepang sangat dipengaruhi oleh tujuan memdukung kemenangan militer jepang dalam perang pasifik.

Atas kekalahan Belanda oleh Jepang, jepang kemudian menutup semua sekolah berbahasa Belanda dan mulai menerapkan beberapa kebijakan tentang pendidikan, diantarnya: (1). Dijadikannya bahasa Indonesia sebagai bahasa resmi pengantar pendidikan menggantikan bahasa Belanda (2). Adanya integrasi sistim pendidikan dengan dihapuskannya sistim pendidikan berdasarkan kelas sosial diera penjajahan Belanda.

Setelah mengalami kegagalan membangunan pendidikan di Mancuria dan Cina yang menggunakan konsep atau sistim Nipponize (Jepang-isasi) dan konsep pendidikan triple Movement di Indonesia, maka Pembangunan pendidikan yang dilakukan di Indonesia banyak melibatkan tokoh-tokoh pribumi seperti Soekarno, Ki Hajar Dewantara dan K.H. Mas Mansur pada Maret 1943 dan mencocokan format kurikulum pendidikan serta mengakomodasi kurikulum berorientasi lokal, Setahun kemudian pendidikan yang dibangun Jepang inipun mengalami kegagalan, sehingga Jepang, pada masa akhir kedudukannya mencoba kembali untuk menerapkan sistim Nipponize. Hal ini, ditandai dengan dikerahkannya Sendenbu (propogandis Jepang) untuk menanamkan idiologi yang diharapkan dapat menghancurkan semangat persatuan bangsa Indonesia.

Sistem pendidikan Indonesia zaman Jepang:

  1. Pendidikan dasar (kokumin Gakko/sekolah rakyat). Sekolah Rakyat (SR) merupakan konversi nama dari sekolah dasar kelas I ELS (Europeesche Lagere School) dan sekolah Kelas II (De Scholen der Eerste Klase) pada masa Penjajahan Belanda.
  2. Pendidikan lanjutan terdiri dari Shoto Chu Gakko (sekolah menengah pertama) dan Koto Chu Gakko (sekolah menengah tinngi)
  3. Pendidikan kejuruan. Mencakup seklah lanjutan bersifat vokasional antara lain dalam bidang pertukangan, pelayaran, pendidikan,teknik dan pertanian.
Selain mencocokan kurikulum pendidikan yang bermuatan lokal, materi  pokok seperti Indoktrinasi ideology Hakko Ichiu, Nippon Seisyin (latihan kemiliteran dan semangat Jepang), bahasa dan adat istiadat Jepang merupakan bagian dari proses pendidikan dan pelatihan terhadap guru-guru dalam sekolah-sekolah yang didirikan Jepang.

Sebelumnya: Pendidikan Kolonialisme Belanda (3)
Selanjutnya: Pendidikan Orde Lama 

0 komentar:

Post a Comment